Yogyakarta, 12–14 Desember 2024 —
Ribuan mahasiswa Kalimantan Tengah yang tersebar di berbagai kota di Pulau Jawa berkumpul dalam sebuah perhelatan budaya dan intelektual bertajuk Manggatang Fest 2024. Acara akbar ini mengusung semangat Mamangun Tuntang Mahaga Lewu, sebuah frasa bermakna “membangun dan menjaga kampung halaman,” yang menjadi dasar nilai perjuangan Himpunan Pelajar Mahasiswa Kalimantan Tengah (HPMKT) dalam melahirkan generasi muda yang berdaya dan berbudaya.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini digelar di Yogyakarta, dengan N. Ivan Pratama dari Kabupaten Lamandau sebagai Ketua Panitia. Diselenggarakan oleh HPMKT dan disinergikan bersama Badan Penghubung Kalimantan Tengah, Manggatang Fest 2024 menjadi ruang bertemu lintas komunitas mahasiswa, tokoh adat, dan perwakilan pemerintah, serta dihadiri oleh lebih dari 500 hingga 1.000 peserta dari berbagai kota seperti Jogja, Jakarta, Salatiga, dan Malang.
Hari Pertama: Lomba Permainan Rakyat dan Pembukaan Adat
Manggatang Fest 2024 dibuka secara khidmat melalui Upacara Adat Dayak, dipimpin langsung oleh Mantir Adat dari Palangkaraya. Upacara ini menjadi simbol penghormatan terhadap nilai-nilai tradisi leluhur dan membuka gerbang bagi semangat kebersamaan antargenerasi.
Hari pertama diwarnai dengan berbagai lomba permainan rakyat yang mempererat hubungan emosional antarpeserta. Suasana meriah ini juga diramaikan oleh kehadiran tokoh-tokoh penting, di antaranya Ibu Mina Nila Riwut, tokoh budaya sekaligus Pembina HPMKT, Guntur Setyo, tokoh muda Kalimantan Tengah, serta perwakilan dari Kesbangpol Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hari Kedua: Diskusi Publik dan Pentas Budaya
Pada hari kedua, peserta diajak memasuki ranah intelektual dalam Diskusi Publik bertemakan Pembangunan Inklusif Berbasis Budaya. Hadir sebagai Keynote Speaker, Bapak M. Qodari, Wakil Kepala Staf Kepresidenan RI, yang menyampaikan pentingnya sinergi generasi muda dalam pembangunan nasional, khususnya di daerah asal mereka.
Diskusi juga menghadirkan Ibu Mina Nila sebagai budayawan dan pembina HPMKT, yang menyampaikan gagasannya tentang pentingnya identitas budaya dalam membentuk karakter pemimpin masa depan. Sementara itu, perwakilan dari Bappedalitbang Provinsi Kalimantan Tengah yang hadir atas nama Gubernur Kalteng juga memaparkan strategi pengembangan sumber daya manusia daerah yang berkelanjutan.
Malam harinya, panggung Pentas Budaya dipenuhi dengan penampilan dari berbagai IKPM Kabupaten serta delegasi mahasiswa dari Salatiga dan Malang. Tarian, musik tradisional, hingga drama budaya menjadi bukti semangat merawat kekayaan identitas Kalimantan Tengah.
Hari Ketiga: Workshop Tari dan Musik hingga Malam Penutupan
Hari ketiga mengangkat tema penguatan keterampilan melalui Workshop Tari dan Musik Dayak, dipandu oleh Kak Tirta dan Bang Jefrilius Manan, seniman muda Dayak yang telah berkiprah di tingkat nasional. Peserta workshop terdiri dari mahasiswa Kalimantan Tengah se-Pulau Jawa yang sangat antusias menggali dan mempelajari warisan budaya dalam bentuk yang lebih aplikatif dan kreatif.
Puncak acara ditutup dengan megah pada malam ketiga. Dimulai dari penampilan Orkestra oleh HPMKT Yogyakarta, dilanjutkan dengan pentas budaya antar-IKPM, dan ditutup secara meriah oleh Eskla Music Band. Band ini menyuguhkan lagu-lagu pop populer serta sebuah persembahan khusus: garapan musik etnik berjudul Mahaga Lewu yang mendapat apresiasi meriah dari seluruh peserta.
Merawat Budaya, Menguatkan Kolaborasi
Manggatang Fest 2024 tidak hanya menjadi ajang nostalgia dan ekspresi budaya, melainkan juga membangun pondasi kolaborasi antar-himpunan dan generasi muda Kalimantan Tengah. Antusiasme peserta yang tinggi serta keterlibatan aktif berbagai tokoh membuktikan bahwa semangat Mamangun Tuntang Mahaga Lewu benar-benar hidup dalam diri mahasiswa perantauan.
Melalui kegiatan ini, HPMKT Yogyakarta dan jejaring pelajar Kalimantan Tengah membuktikan komitmennya untuk terus menjadi jembatan penghubung antara daerah dan pusat, antara budaya dan masa depan. Manggatang Fest menjadi simbol bahwa pembangunan daerah tak hanya berbicara soal infrastruktur, tetapi juga tentang jiwa, semangat, dan identitas yang dijaga dan diwariskan.